Masakan Khas
Cari aneka masakan khas
seluruh nusantara.
Home » » Yangko, Kue Manis dari Kotagede

Yangko, Kue Manis dari Kotagede

Written By Unknown on Selasa, 08 April 2008 | 19.57

Yangko, Kue Manis dari Kotagede
Yangko

Selaras dengan ciri khas Jogja yang cenderung manis, yangko pun tidak keluar jalur. Yangko punya rasa khas yang orisinil: bagian luarnya lembut, kenyal, dan manis, namun lidah kita akan mengecap sensasi yang berbeda pada gigitan selanjutnya, di mana bumbu kacang yang gurih dan sedikit bertekstur sudah mulai terasa. Indera perasa kita serasa dibuai dengan paduan rasa yang terangkum dalam balok-balok mini bernama yangko.

Seolah tidak mau dilindas oleh kemajuan zaman, yangko terus berbenah, baik dari segi rasa maupun tampilannya. Sekarang, kita bisa menemukan yangko dengan rasa dan warna yang lebih bervariasi. Selain yangko konvensional yang berasa manis frambozen dan berisi kacang tanah yang giling, tersedia juga yangko genre “modern” dengan macam-macam rasa dan warna. Ada rasa durian (kuning), jeruk (oranye), melon dan pandan (hijau), stroberi (merah), chocolate (cokelat), dan masih banyak lagi.

Yangko adalah makanan khas dari Kotagede. Kampung yang berjuluk kota perak ini adalah salah satu kota tua dan bersejarah yang terdapat di Yogyakarta. Dahulu, Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, sebuah kerajaan besar yang menjadi cikal-bakal Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selain yangko dan kipo yang menjadi simbol kulinernya, di Kotagede Anda akan menemukan banyak hal yang menarik, seperti pusat kerajinan perak dan makam raja-raja Mataram, termasuk di dalamnya petilasan Panembahan Senopati, sang pendiri wangsa Mataram Islam.

Peran Kotagede sebagai sentra produksi yangko sudah berlangsung cukup lama dan diwariskan secara turun-temurun melintas batas generasi. Meski jumlahnya tidak sebanyak pada zaman dulu, sekarang ini masih ada orang-orang yang tetap melestarikan produksi yangko sebagai oleh-oleh khas dari Yogyakarta, khususnya dari Kotagede. Mereka ini tersebar di Kotagede maupun daerah-daerah sekitarnya seperti Giwangan, Gambiran, Nitikan, dan lain-lain.

Salah satu produsen yangko yang paling tua dan masih bertahan hingga saat ini adalah Suprapto yang membuka usahanya di Giwangan, Yogyakarta, tidak jauh dari Kotagede. Suprapto dengan usaha produksi yangko berlabel Yangko Pak Prapto, telah memiliki pengalaman lebih dari 50 tahun dalam meracik yangko. Suprapto adalah generasi keempat atau kelima yang mewarisi usaha yangko dari kakek buyutnya yang sudah aktif meramu yangko sejak tahun 1921. Kemungkinan besar, leluhur Suprapto inilah yang menjadi pelopor atau bahkan pencipta yangko.

Nama yangko diyakini berasal dari kata kiyangko. Dalam pelafalan lidah orang Jawa, kata kiyangko diucapkan dengan singkat menjadi yangko. Konon, orang yang pertama kali mengenalkan yangko adalah Mbah Ireng yang tidak lain adalah kakek buyut Suprapto. Meski Mbah Ireng sudah berinovasi membuat yangko sejak tahun 1921, namun yangko baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada sekitar tahun 1939.

Yangko, Kue Manis dari Kotagede


Usaha Mbah Ireng kemudian diturunkan kepada putranya yang bernama Alip, kemudian turun-temurun ke anak-cucunya. Dari Alip, resep rahasia yangko Mbah Ireng dwariskan kepada Abdul Ma’ruf yang kemudian kembali menurunkan ilmunya kepada anaknya yang bernama Harjo Sukarto. Harjo Sukarto inilah yang tidak lain adalah ayah dari Suprapto yang masih mengemban pusaka yangko hingga kini. Suprapto sendiri sudah bersiap-siap mewariskan usahanya ini kepada anak-anaknya.

Suprapto alias Pak Prapto mengambil-alih estafet pembuatan dan penjualan makanan tradisional yangko sejak era 1950-an. Perjuangan Pak Prapto ternyata tidak mudah dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk membumikan yangko. Setelah 30 tahun berjuang sendirian, akhirnya pada kurun 1980-an yangko mulai dilirik sebagai potensi usaha yang menguntungkan.

Sejak saat itu, usaha-usaha yangko, baik di Kotagede dan sekitarnya ataupun di tempat-tempat lain di Yogyakarta, mulai bermunculan, bahkan menjamur dan mengiringi populeritas bakpia pathuk yang terlebih dulu menanjak. Semakin lama, pamor yangko selaku makanan khas Kotagede semakin mantap. Kini, rasanya belum lengkap jika sebelum bertolak dari Yogyakarta tidak membawa pulang yangko, dan tentu saja juga bakpia, sebagai buah tangan.

Rasa yang manis dan tekstur yang lembut lagi kenyal adalah keistimewaan yang dapat Anda temukan dalam yangko. Yangko memiliki rasa yang khas. Selain rasa manis yang dominan, di dalam yangko kita juga bisa merasakan betapa wangi aromanya. Wujud yangko yang berbentuk kotak-kotak kecil namun berasa kenyal membuat rahang kita merasa perlu untuk agak berlama-lama ketika menyantapnya. Nuansa kenyil-kenyil akan menjadi sensasi yang menyenangkan ketika yangko ada di dalam lidah kita.

Sedari dulu, bentuk yangko memang sederhana dan simetris, yakni persegi empat kecil. Masing-masing yangko yang berukuran kecil-kecil ini dialasi dengan baluran tepung terigu yang kemudian dibalut dengan selembar kertas minyak. Himpunan yangko-yangko yang sudah siap jual ini kemudian disajikan dalam satu kardus atau kotak kemasan.

Selain bisa untuk dikonsumsi sendiri, yangko juga sangat cocok disajikan sebagai makanan jamuan untuk tamu atau pada saat acara keluarga. Masa produksi yang cermat dan membutuhkan tempo yang tidak sebentar membuat yangko bisa tahan lama dan sangat pas untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Waktu produksi yang dibutuhkan untuk satu adonan yangko bisa mencapai 5-10 hari.

Cara pembuatan yangko sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan, hanya saja diperlukan kecermatan dan ketelatenan ekstra untuk menghasilkan rasa dan tampilan yangko yang sempurna. Pertama-tama, beras ketan dikukus, kemudian dijemur hingga kering dan seperti menjadi beras kembali. Setelah kering, beras kemudian digoreng tanpa minyak untuk dijadikan tepung. Usai itu, panaskan gula di atas api tungku sembari memasukkan tepung beras ketan dimasukkan perlahan-lahan. Saat proses inilah kita bisa memasukkan unsur rasa yang diinginkan. Selesai selesai dan adonan telah dingin, dimulai tahap pengemasan, yakni memotong adonan menjadi kotak-kotak kecil, membalurinya dengan tepung terigu, dan kemudian mengemas masing-masing yangko yang sudah siap dengan kertas minyak.

Proses pembuatan yangko memang tidak bisa dilakukan secara instan, apalagi mendadak, karena adonan gula dan air harus dalam kondisi yang benar-benar dingin sebelum yangko dibentuk kecil-kecil. Selain itu, untuk menghasilkan yangko berkualitas baik dan untuk mempertahankan rasa aslinya, tepung beras ketan sebaiknya buatan sendiri, bukan hasil bikinan pabrik. Tepung beras yang baik dibuat hingga dua kali proses, yakni tepung dicuci, dikukus, dijemur, digoreng, lalu digiling (Kedaulatan Rakyat, 07 April 2008).

Sekarang ini terdapat banyak sekali pembuat dan penjual yangko di Yogyakarta. Anda dapat memilih dan memilih sendiri mana yangko yang sekiranya pas dengan lidah Anda. Cita rasa yangko, terutama rasa yangko yang benar-benar asli, memang terletak pada pengalaman si pembuatnya. Akan tetapi, kesan yang sulit dilupakan dari yangko rata-rata adalah serupa, yaitu manis, lembut, kenyal, dan legit. Silakan mencoba dan rasakan sensasinya!

Industri Pembuatan Yangko di Yogyakarta

Tempat pembuatan dan penjualan yangko yang dianggap paling tulen cita rasanya tentu saja dapat Anda temukan di Kotagede dan sekitarnya, meskipun sekarang ini yangko sudah sangat populer dan bisa didapatkan di banyak tempat di Yogyakarta. Toko yangko Pak Prapto dapat Anda ditemukan di Jalan Pramuka, No. 82, Yogyakarta, hanya beberapa menit ke arah barat Kotagede. Jka Anda mempunyai waktu yang agak luang, Anda bisa menjelajahi perdalaman kampung di Kotagede dan sekitarnya karena di dalamnya banyak terdapat home industry pembuatan dan penjualan yangko.

Selain usaha yangko milik Pak Prapto, Anda bisa juga menyambangi toko yangko kepunyaan Nurwati. Pengusaha yangko yang lebih dikenal dengan nama Bu Nunung ini membuka toko yang sekaligus sebagai tempat tinggalnya di Jalan Menteri Supeno, No. 118, Nitikan, Yogyakarta (Kedaulatan Rakyat, 07 April 2008). Toko yangko Bu Nining ini berjarak cukup dekat dengan Kotagede ataupun usaha yangko milik Pak Prapto di Giwangan.

Jika Anda tidak sempat berkunjung ke kawasan Kotagede, jangan khawatir karena sekarang yangko sudah tersedia di banyak tempat. Salah satunya adalah toko Yangko Kondang Rasa yang terletak di Jalan Gajah Mada, No.29, Yogyakarta. Bahkan, di toko ini Anda tidak hanya bisa membeli yangko, melainkan bisa juga melihat proses pembuatan dan pengemasan yangko sebelum dijajakan.

Yangko juga sangat mudah diperoleh di berbagai sentra penjualan oleh-oleh yang banyak terdapat di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti di kawasan Pathuk, Malioboro, Prawirotaman, Suryowijayan, dan lain-lainnya. Anda juga bisa membeli yangko di tempat-tempat wisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta atau di sepanjang jalan utama menuju ke luar kota atau di perbatasan Kota Yogyakarta, sebut saja di Jalan Wates (Gamping), Jalan Magelang, Jalan Monumen Jogja Kembali (Monjali), Jalan Kaliurang, Jalan Wonosari, Jalan Imogiri, Jalan Bantul, Jalan Parangtritis, dan sebagainya. Selain itu, tempat penjualan yangko dapat Anda temukan dengan sangat mudah di tempat-tempat umum, seperti di bandara, stasiun, terminal, supermarket, dan lain-lain.

Harga Yangko Per Kotak

Harga yangko relatif tidak sama antara tempat yang satu dengan yang lain, tergantung di mana Anda membelinya. Ada satu tips hemat untuk Anda, jika Anda memutuskan untuk membeli yangko langsung dari toko produksi, Anda bisa  mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan di toko-toko distribusi. Biasanya, harga yangko di toko-toko produksi adalah antara 8000-10.000 rupiah per kotak atau kardus. Tiap kotak masing-masing berisi 30 buah yangko.
Yangko, Kue Manis dari Kotagede


Akan tetapi, jika Anda berbelanja yangko di pusat-pusat penjualan oleh-oleh yang terdapat di tempat-tempat tertentu di Yogyakarta, banderol harga yang dicantumkan sedikit lebih mahal, yakni antara 13.000-15.000 rupiah atau lebih. Harga yangko akan menjadi lebih mahal lagi jika Anda membeli di tempat-tempat wisata atau di tempat-tempat fasilitas umum, seperti di kawasan wisata, terminal, stasiun, apalagi jika Anda membelinya di bandara.
SHARE

About Unknown