Buntil Purbalingga
Ada yang bilang, buntil nyaris mirip dengan bothok, makanan tradisional yang cukup dikenal luas di seantero Jawa Tengah. Bedanya, bothok dibungkus dengan daun pisang, sementara buntil dibalut dengan bungkusan dari daun singkong muda (bisa juga memakai daun keladi atau daun pepaya) dan ditambahkan sedikit kuah bercitarasa pedas yang dibuat dari santan beserta seperangkat bumbunya. Karena bothok dibungkus dengan daun pisang, maka bungkusnya tidak bisa dimakan. Berbeda dengan buntil yang bisa dilahap sekaligus dengan bungkusnya karena terbuat dari daun singkong muda yang selain terkenal nikmat, juga sangat menyehatkan.
Buntil yang terbungkus daun singkong muda serta diisi dengan campuran parutan kelapa dan ikan teri diramu dengan berbagai bahan pendukung lainnya sebagai bumbunya, yaitu bawang, cabai, lengkuas, asam, garam, dan lain sebagainya. Cara penyajiannya, buntil disiram dengan kuah pedas dan sertakan pula beberapa cabai rawit yang dibiarkan utuh. Setelah itu baru disantap, bisa sebagai lauk nasi atau dimakan begitu saja, dan segera rasakan nikmatnya. Sengatan pedas yang berpadu dengan citarasa gurih dan sedikit asin, ditambah dengan nuansa alami dari daun singkong sebagai pembungkusnya, dijamin membuat Anda tidak lagi meremehkan kudapan tradisional yang kerap diklaim sebagai makanan ndeso ini.
Di berbagai tempat di Purbalingga, banyak penduduk lokal yang mulai melirik potensi buntil untuk diproduksi secara home industry, meskipun telah cukup banyak pula orang Purbalingga yang berbisnis makanan ini. Namun, ada satu jenis buntil yang oleh banyak orang dianggap paling istimewa, yaitu di Dukuh Carangmanggang, Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Buntil buatan Kasmini yang menggeluti usaha ini sejak 44 tahun silam ini terkenal dengan nama Buntil Carangmanggang atau Buntil Kutasari. Carangmanggang adalah dusun tempat tinggal Kasmini, sedangkan Kutasari merupakan nama pasar tradisional di mana Kasmini menjajakan buntil buatannya.
Buntil Carangmanggang memang sedikit berbeda dengan buntil pada umumnya. Perbedaan itu terletak pada racikan bumbu yang membuat buntil ini menjadi lain daripada yang lain. Kasmini mengisi buntilnya dengan parutan kelapa muda yang dipadukan dengan berbagai macam bumbu khusus. Istimewanya lagi, daun pembungkus Buntil Carangmanggang berbeda-beda jenisnya. Pembeli bisa memilih langsung, apakah mau dibungkus dengan daun singkong, daun talas, atau daun pepaya yang disukai karena bercitarasa sedikit pahit namun nikmat. Buntil Kasmini ditanggung semakin lezat setelah disiram santan. Tidak main-main, langganan tetap Kasmini adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga yang sering memesan buntil untuk menjamu pejabat atau tamu yang datang dari luar kota. Anda juga harus bergerak cepat jika ingin mencicipi Buntil Carangmanggang karena setiap hari banyak orang yang rela mengantri di warung buntil Kasmini di Pasar Kuntisari.
Sebenarnya Anda bisa pula membeli buntil di pasar-pasar tradisional lainnya yang tersebar di Purbalingga, meskipun buntil yang paling terkenal adalah Buntil Carangmanggang yang dijajakan hanya di Pasar Kuntisari. Soal rasa sesungguhnya relatif dan bisa diperbandingkan sendiri karena selera orang berbeda-beda. Jika Anda benar-benar penasaran dengan makanan tradisional yang satu ini, sebaiknya Anda berangkat ke pasar di waktu pagi, karena jika tidak, selain bisa kehabisan, mungkin juga pasarnya keburu sepi. Pasar tradisional di Purbalingga biasanya memang ramai sejak dini hari, namun beringsut menjadi sepi seiring dengan naiknya matahari.